Senin, 30 Mei 2016

5 Jenis Kereta api yang jarang kita ketahui

Kereta api merupakan salah satu modal transportasi yang paling umum digunakan untuk angkutan penumpang, baik sebagai transportasi antar kota ataupun sebagai transportasi dalam kota. Kelebihan kereta api dibandingkan modal transportasi darat lainnya adalah kapasitasnya yang besar dan ketepatan waktunya karena menggunakan rel sendiri sehingga terhindar dari segala bentuk kemacetan.

 berbagai bentuk modernisasi telah dilakukan dalam transportasi kereta. Makin banyak lahir inovasi-inovasi yang melahirkan berbagai jenis kereta api demi terus meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas pelayanan. Beberapa jenis kereta masih asing terdengar ditelinga kita sehingga tidak banyak informasi yang kita ketahui. Sebagian terdengar asing karena teknologinya yang masih baru, sebagian lagi memang tidak diaplikasikan secara massal.

Berikut ini Jenis-Jenis Kereta Api yang masih jarang kita ketahui :

1. Suspension Railway



Dalam bahasa Indonesia, suspension railway disebut kereta api gantung. Kereta api gantung ini biasanya dibuat berjenis monorel dan menggantung sekaligus melintas pada sebuah jalur. Teknologi kereta api gantung ini memang tidak banyak digunakan. Untuk saat ini, jalur kereta api gantung terpanjang adalah Chiba Urban Monorail di Jepang yang memiliki panjang lintasan mencapai 15,2 km.

2. Bilevel Rail Car



Bilevel rail car sering juga disebut double-decker coach. Sesuai dengan namanya, kereta api jenis ini memiliki dua lantai. Dengan keunggulannya tersebut, bilevel rail car ini bisa menjawab masalah kapasitas pada kereta api. Selama ini untuk meningkatkan kapasitas kereta api, harus dengan menambah gerbong dan memperpanjang peron di stasiun. Dengan bilevel rail car, hal tersebut bisa diatasi. Namun standar relnya juga harus diperhatikan karena bilevel rail car tentunya lebih berat dibandingkan kereta api biasa.

3. Rubber Tyred Train


Rubber tyred train merupakan kereta api yang memadukan roda dengan teknologi rel. Pada kereta jenis ini, roda kereta menggunakan ban karet yang berputar pada bantalan yang setiap sudutnya diberi pembatas sehingga kereta berjalan tidak keluar dari jalur. Dengan menggunakan ban karet, kereta jenis ini memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah perjalanan terasa lebih nyaman, akselerasi lebih cepat dan jarak pengereman lebih pendek.

4. Aeromovel


aeromovel adalah kereta api bertenaga tekanan udara. Kereta ini memanfaatkan perbedaan tekanan udara sebagai sumber tenaga pendorong. Prinsip kerjanya hampir sama dengan kapal layar, perbedaannya yang menjadi layar adalah sirip di bawah kereta yang didorong oleh terowongan angin di bawahnya. Artinya rel merangkap sebagai terowongan udara. Tekanan udara dihasilkan oleh turbin udara (semacam kipas angin) yang dipasang statis pada beberapa titik di rel, misalnya di stasiun. Dengan cara ini sumber daya statik dapat memberikan tenaga bergerak atas kendaraan tanpa harus mengangkut mesin penggerak di atas kereta, dengan demikian kendaraan atau gerbong kereta menjadi lebih ringan dan tidak bising.

Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa kereta jenis ini sudah ada di Indonesia, lebih tepatnya berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Aeromovel yang berada di TMII bernama Titihan Samirono. Panjang lintasannya adalah 3,2 km dan beroperasi pada kecepatan 15-20 km/jam. Kecepatan maksimalnya mencapai 60 km/jam



Maglev merupakan singkatan dari magnetically levitated. Dengan memanfaatkan gaya magnet, kereta maglev ini ketika beroperasi mengambang sekitar 10 cm diatas lintasannya untuk mengurangi gaya gesek. Selain memanfaatkan gaya magnet agar kereta mengambang diatas lintasan, gaya magnet juga dimanfaatkan sebagai pendorong. Tidak heran kalau kereta maglev ini merupakan jenis kereta api pemegang rekor tercepat di dunia saat ini. Rekor tercepat dipegang oleh kereta maglev buatan Jepang yang kecepatannya mencapai 603 km/jam. Yang jelas kereta maglev ini membutuhkan investasi yang sangat mahal. Makanya sampai sekarang masih jarang digunakan secara komersial.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar