Meski tak terlibat langsung di lapangan, bagaimana pun suporter adalah urat nadi sepakbola. Terutama dalam sebuah kompetisi.
Aturan dan regulasi dibuat demi kenyamanan bersama |
Suporter juga menjadi pertimbangan bagi klub dalam penentuan kebijakannya. Bahkan hingga sampai masuk ke ranah urusan permainan di lapangan. Tak sekali dua kali saja kita temui; seorang pemain ditarik keluar atau dimasukkan, pelatih dipecat atau terpaksa mundur, semuanya hanya karena tuntutan suporter. Ini wajar adanya, karena suporter yang baik memang harus memiliki fungsi kontrol, dan Bobotoh sudah membuktikan hal itu.
Bukan hanya mendukung, suporter juga memiliki peran membawa klub yang didukungnya untung sekaligus beruntung. Karena suporter salah satu sumber pemasukan sebuah klub. Barisan pendukung setia ini juga turut membantu menyeimbangkan neraca keuangan sebuah klub. Mulai dari membeli tiket hingga merchandise berupa jersey.
Akan tetapi, seperti dua sisi coin untuk toast kick off, suporter juga bisa membuat klub merugi. Ini agak aneh, namanya saja supporter si pemberi support, namanya pendukung ya memberi dukungan, kok malah membuat klub merugi?
Tak perlu jauh-jauh untuk mengambil contoh guna menemukan jawaban pertanyaan di atas. Mari kita bercermin kepada PERSIB selama putaran pertama TSC 2016 Presented by Indosat Ooredoo ini. Terhitung empat kali sudah surat sanksi berupa denda mampir ke Graha PERSIB. Jika ditotal, sudah hampir Rp 100 juta, harus dibayarkan PERSIB karena ulah oknum pendukungnya mulai kata-kata rasis dan flare.
Flare, kembang api dan sejenisnya memang sebuah kegempitaan dan keriaan. Namun patutkah kita gempita dan gembira sementara di sebelah kita, yang sama-sama pendukung PERSIB, terganggu dengan asapnya. Layakkah kita tetap ceria jika asapnya kemudian memenuhi lapangan dan menghentikan pertandingan.
Sementara kalau ditarik ke niat awal kita berangkat, tujuan kita datang ke stadion adalah untuk menyaksikan pertandingan, mendukung tim kita yang berlaga. Bagaimana kita mau mendukung tim kita kalau laga terhenti karena ulah suporter di stadion?
Lalu, masihkah kita menganggap diri kita 'suporter PERSIB', jika memang masih sengaja melanggar aturan-aturan yang sudah dibuat dan berpedoman dengan paham yang sudah salah sejak dari pikiran "aturan dibuat untuk dilanggar"?
Padahal sejatinya, regulasi di sepakbola dan segala aturan seperti pelarangan flare, smoke bomb, fireworks, rasisme, anarkis dan lainnya itu dibuat demi kenyamanan bersama: klub, operator liga, pemain, pengawas pertandingan, dan lainnya hingga, tentu saja suporter.
Layakkah kita mendaku diri 'pendukung Maung Bandung' jika apa yang kita perbuat malah membuat kebanggaan kita merugi dan terus merugi?
Jawabnya ada di Stadion Si Jalak Harupat 27 Agustus 2016 ini. Stadion itu lah saksi dan bukti kita selaku Bobotoh yang pernah dinobatkan sebagai suporter terbaik di negeri ini untuk terus menjadi pendukung PERSIB. Sebab, PERSIB terancam harus membayar ganti rugi jika ada venue PON yang tengah di renovasi itu rusak. Siapa pun yang merusaknya, PERSIB yang harus membayarnya.
Akhir kata, demi PERSIB, ayo tertib!
Sumber : Persib.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar