ilustrasi gambar |
Insiden bermula saat perahu yang dipakai berbelanja ke Pasar Babat, Lamongan, itu tiba-tiba miring. Dalam hitungan detik, perahu terbalik dan para santri tercebur. Derasnya arus Bengawan Solo yang tengah pasang membuat tujuh santri hilang terseret arus sungai.
Untuk mencari korban petugas Badan SAR Nasional, Polisi Perairan Kepolisian Daerah Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro, menyisir hingga radius sepuluh kilometer.
Proses pencarian tujuh santri berlangsung tiga hari atau sejak Jumat. Lokasi pencarian difokuskan di bawah jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan Widang, Tuban, dengan Kecamatan Babat, Lamongan.
Pencarian sempat terganggu oleh hujan yang turun hampir seharian pada Sabtu kemarin. “Arus Bengawan Solo kuat, sehingga pencarian sempat terkendala” ujar Kepala Kepolisian Resor Tuban Ajun Komisaris Besar Fadly Samad.
Satu jenazah ditemukan pada Minggu dinihari, 9 Oktober 2016, pukul 03.23, berjarak sekitar 1,3 kilometer dari lokasi kecelakaan. Sedangkan enam jenazah sudah terlebih dahulu diketemukan pada Sabtu, 8 Oktober.
Nama tujuh korban ialah M. Barikly Amri, 12 tahun, asal Leran, Gresik; Riskiy Nur Habib (15) asal Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan, Seli Serdang, Sumatera Utara; M. Aqib Fadli (19) asal Desa Paren, Kecamatan Bulukamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah; Abdullah Umar asal Bedilan, Gresik; M. Arif Mabruri asal Desa Ngampal, Kecamatan Sumberejo, Bojonegoro; Muhsin asal Pacar Kembang, Tambaksari, Surabaya; dan Lujaini Dani dari Desa Ganden, Kecamatan Manyar, Lamongan.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf memberangkatkan kepulangan jenazah ke tempat asalnya masing-masing dari halaman Pondok Pesantren Langitan, Ahad siang. “Wakil Gubernur yang memberangkatkan,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tuban Miyadi.
Sumber : https://nasional.tempo.co/read/news/2016/10/09/058810790/7-santri-pondok-langitan-korban-perahu-terbalik-ditemukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar